Connect with us

Kampus

Barongsai ramaikan seminar Internasional mahasiswa Studi Agama UIN Alauddin

Published

on

Barongsai Studi Agama UIN Alauddin

WARNASULSEL.com – Suara simbal, tambur dan gong bertalu talu bergantian mengiringi atraksi Barongsai di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

Ini adalah kali pertama dalam sejarah berdirinya UIN, parade Barongsai dilaksanakan di kampus Islam Negeri di Makassar tersebut.

Pagi itu (18/11), pembukaan Kongres Mahasiswa Studi Agama Agama se Indonesia ke II di Makassar, dirangkaikan dengan Seminar Internasional dengan tema Agama dan Krisis Ekologi.

Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan ini adalah representatif dari setiap agama serta akademisi yang memiliki konsen dalam kajian Studi Agama Agama.

Barongsai Studi Agama UIN Alauddin

Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, Dr Muhsin Mahfudz, M Thi, memberikan apresiasinya yang atas apa yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa Studi Agama Agama.

Menurutnya, isu Ekologi yang diangkat dalam seminar ini menarik. Karena persoalan Ekologi bukan hanya persoalan lingkungan.

Ekologi memiliki nilai nilai teologis. Itulah sebabnya muncul konsep Ekoteologi.

Muhsin juga mengapreasiasi panitia pelaksana yang telah berusaha menghadirkan wakil dari setiap agama dalam pembacaan Kitab Suci masing masing agama.

Barongsai Studi Agama UIN Alauddin Makassar

Syamsul Arif Galib, selaku moderator kegiatan ini memulai diskusi dengan mengutip pandangan Jared Diamond dalam bukunya Collapse.

Jared meyakini bahwa salah satu penyebab kehancuran peradaban masa lalu adalah persoalan kerusakan lingkungan.

Tidak lupa Arif yang juga sekretaris jurusan Studi Agama Agama mengucapkan kebanggaannya atas usaha tak kenal lelah yang dilakukan mahasiswa Studi Agama demi tercapainya acara besar ini.

Kegiatan ini adalah upaya anak Studi Agama Agama UIN Alauddin Makassar untuk mengetuk pintu agama agar mau peduli dengan isu lingkungan yang semakin hari semakin memprihatinkan.

Dalam paparannya, wakil dari Agama Budha yang juga merupakan ketua Permabudhi Sulawesi Selatan, Ir Yonggris Lao memulainya dengan mengingatkan peserta bahwa Bumi adalah rumah kita semua sehingga kita harus menjaganya.

Yonggris juga mengingatkan pentingnya mengembangkan sisi humanisme agama serta mendorong budaya melestarikan lingkungan.

Selain itu, perlu mendesak pemerintah untuk mengeluarkan political will terkait dengan isu lingkungan.

Senada dengan itu, Pendeta Dr Lidya K Tandirerung yang juga merupakan dosen STT INTIM Makassar dalam paparannya menyebutkan bahwa penting untuk membangun kesadaran Ekologis.

Selain itu, konsep manusia yang selama ini melihat dunia dengan corak pandang yang Antropoteisme diubah menjadi corak pandang yang Antropocosmic.

Pembicara lainnya yakni Prof Dr Qasim Mathar, MA. Ia menyebutkan bahwa persoalan agama dan Ekologis sudah dibahas tuntas dalam Kitab Suci. Namun, tidak cukup bagi ummat beragama untuk hanya bangga atas Kitab Sucinya.

Yang harus dilakukan adalah menjalangkan pesan pesan dalam Kitab Suci.

Adapun Prof Dr Hosein Mottaghi, yang merupakan Director of Jamiatul Mustafa Representative of Indonesia lebih menekankan pentingnya menghilangkan sekat sekat agama dan menghilangkan potensi yang bisa menimbulkan konflik agama.

Bagi Dr Hosein, perlu dibangun kebersamaan dan kesaling-percayaan dalam beragama.

Barongsai Studi Agama UIN Alauddin

Terkait dengan Krisis Ekologi, Dr Wahyuddin Halim MA dalam paparannya mengutip pandangan Sayyid Hosein Nasr yang menyebutkan bahwa Krisis Ekologi sesungguhnya terjadi karena Krisis Spiritual.

Wahyuddin Halim juga memberikan gagasan terkait bagaimana melihat alam. Alam harusnya dilihat sebagai titipan. Bukan warisan.

Tak lupa pula diingatkannya bahwa keserakahan manusialah yang berpengaruh pada kerusakan alam.

Wakil dari Konghucu, Js, Erfan Sutono mengingatkan bahwa dalm konsep Konghucu, Tuhan, Alam dan Manusia adalh satu kesatuan.

Selain itu, konsep Bakti tidak hanya berlaku kepada manusia namun juga alam.

Selain Barongsai, kegiatan ini juga dibuka dengan prosesi Angngaru serta penampilan tari tarian daerah oleh mahasiswa Studi Agama Agama UIN Alauddin Makassar.(*)

Baca