Connect with us

Kampus

Mengenal Khaeriyah Nasruddin, duta literasi UINAM 2019

Published

on

warnasulsel.com

WARNASULSEL.com Tak satu pun menyangka bahwa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar atau yang kini dikenal dengan sebutan UINAM, memiliki duta literasi. Pasalnya, kegiatan penganugerahan ini belum pernah diberikan sebelumnya.

Sabtu (4/5/2019) lalu, Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr H Musafir Pababbari, MSi disaksikan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Prof Hj Siti Aisyah, MA, PhD dan beberapa dosen lainnya, menjadi bukti nyata hadirnya duta literasi UIN Alauddin. Pada hari itu, terpilih sepasang duta. Askar Nur mewakili putra dan Khaeriyah Nasruddin mewakili putri.

Sehari setelah pemilihan, saya berkesempatan mewawancarai salah satu mahasiswi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Humaniora yang berhasil lolos sebagai duta literasi. Dia adalah Khaeriyah Nasruddin. Khaeriyah, sapaan akrabnya lahir di Pinrang, 6 Januari 1995.

Baca juga: Kisah ELIT MA Aisyiyah Sungguminasa lahirkan buku berjudul pemilik masa depan

Anugerah Literasi kepada Penulis - UIN Alauddin Makassar

Berikut hasil wawancara singkat saya.

Menurut Anda, untuk apa kegiatan festival literasi ini digelar?

“Untuk menggugah semangat literasi dalam kawasan kampus, makanya kegiatan seperti ini perlu diadakan. Sebagai mahasiswa yang bergulat dengan dunia akademisi seharusnya semangat literasi itu tumbuh, sehingga bukan hanya sebatas mahasiswa KKK (Kampus, Kantin, Kampung),” kata Khaeriyah.

“Seperti pernyataan Pak Rektor saya, minat baca mahasiswa sebenarnya tinggi, tapi daya baca kurang. Dengan adanya kegiatan ini semoga kecintaan pada literasi tergugah,” kata Khaeriyah menirukan kalimat Prof Musafir Pababbari, saat membuka kegiatan.

Ada berapa orang yang mengirim naskah untuk masuk sebagai penulis terpilih?

“Yang saya dengar, ada sekitar 150 karya mahasiswa lalu terpilih 45 penulis kemudian disaring lagi menjadi 5 penulis terpilih untuk kegiatan temu penulis.”

Apa saja kriteria yang ditentukan agar masuk ke dalam 5 besar?

“Ya, kriterianya, dari tulisan/buku yang diterbitkan/dipublikasikan ke dalam media-media dan kualitas sebuah karya.”

Siapa yang jadi motivasi Anda buat menulis?

“Ada dua orang. Pertama, bapak saya. Kedua, sosok perempuan muslimah yang tangguh, Jurasyiyah binti ‘Atha, atau sejarah Islam mengenalnya sebagai Khaizuran, yaitu perempuan di antara 3 khalifah.”

Apa yang Anda rasakan pertama kali saat pengumuman jadi duta literasi?

“Menjadi duta literasi itu merupakan hal yang tak pernah dibayangkan. Campur aduk perasaannya, terlebih menyandang gelar sebagai duta literasi tentunya tidak mudah. Bagi saya pribadi, justru jadi beban sekaligus motivasi untuk lebih giat berkarya dalam menulis.”

Apa yang akan Anda lakukan selama satu tahun ke depan sebagai duta literasi UINAM?

“Paling penting adalah memberikan inpirasi ke teman-teman mahasiswa, agar mereka mencintai literasi. Karena sejatinya mahasiswa tanpa cinta literasi ibarat tubuh tanpa ruh.”

Ada lima orang penulis yang diundang dalam kegiatan penganugerahan literasi UIN Alauddin Makassar angkatan pertama 2019 ini. Mereka adalah Muhammad Musmulyadi, Khaeriyah Nasruddin, Nurjannah Azzahra, Ika Rini Puspita dan Askar Nur.

Masing-masing dari mereka mewakili satu fakultas. Musmulyadi dari Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Khaeriyah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Nurjannah mewakili Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Ika Rini Puspita dari Fakultas Sains dan Teknologi dan Askar Nur mewakili Fakultas Adab dan Humaniora.

Selain penganugerahan literasi, juga ada beberapa rangkaian acara yaitu Monolog dari Komunitas eSA dan diskusi komunitas literasi. Selain itu, beberapa komunitas literasi dan penerbit buku, hadir di lokasi kegiatan untuk meramaikan acara festival literasi tersebut.

Baca juga: Budayakan literasi, SDIT Nurul Fikri Makassar gelar launching buku “Tanda Seru (!)”

Ada yang menarik dari diskusi komunitas literasi. Diskusi ini menghadirkan pembicara yang kompeten di bidangnya. Anwar Jimpe Rachman, Muhammad Ridha, dan Illank hadir di acara bertajuk “Dinamika Pergerakan Literasi di Anak Muda”.

Sedangkan di hari kedua, dalam diskusi buku ‘Kota Diperam dalam Lontang’ hadir sebagai pembicara antara lain Wilda Yanti Salam dan Achmad Teguh Saputro.

Siang harinya, berlangsung diskusi yang lebih menarik. Pasalnya salah satu Budayawan Sulsel hadir memberikan materi dalam ‘Stadium Generale: Literasi dan Disrupsi”. Dia adalah Alwy Rachman. Kegiatan diskusi dipandu langsung oleh Syamsul Arif Ghalib, salah satu panitia dalam kegiatan ini.

Syamsul Arif Ghalib mengatakan kegiatan ini adalah yang pertama semoga ke depan bisa terus berlanjut.

“Sebenarnya saya punya bayangan besar untuk kegiatan ini. Tapi untuk saat ini, masih ada beberapa kendala, semoga nanti bisa jadi lebih baik,” ujar Syamsul Arif Ghalib, salah satu inisiator terbentuknya kegiatan ini.

Dalam sambutan terakhir sang Rektor, ia berharap agar Duta Literasi dapat menyuarakan semangat literasi di lingkungan kampus peradaban.

“Semoga mereka para duta literasi dapat menyuarakan semangat literasi yang positif dan produktif dengan kualitas nilai yang dapat dipertimbangkan sebagai kader akademisi UINAM,” tutup Rektor UINAM yang masa kepemimpinannya berakhir tahun ini. (mgp)