Connect with us

Peristiwa

Krisis Identitas pada Pelajar Berujung Aksi Tawuran, Apa yang Sedang Dialami oleh Pelajar?

Published

on

Tawuran Pelajar Terus Meraja Lela
Spread the love

Oleh : Cheylinira Berliani Yufa Putri
Universitas Negeri Yogyakarta

Aksi tawuran sangat meresahkan masyarakat sekitar. Selain itu juga menimbulkan korban jiwa masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut, jika terus terjadi hal ini akan membuat masyarakat sekitar tidak aman dan merasa terancam. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada pelaku tawuran tersebut?

Tawuran merupakan suatu bentuk perkelahian massal yang sangat meresahkan masyarakat sekitar. Perilaku tawuran di kalangan remaja sering menjadi sorotan di kalangan masyarakat. Tawuran di kalangan remaja ini merupakan salah satu bentuk degradasi moral atau kemerosotan akhlak. Menurut hasil observasi tidak semua remaja berhasil atau mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Sehingga hal tersebut menyebabkan ketidakmampuan remaja dalam proses penyesuaian diri remaja. Tawuran merupakan salah satu bentuk perilaku maladjustment remaja yang menunjukkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan sosialnya dan perilaku tersebut semakin hari akan semankin meningkat. Tidak semua remaja yang berperan sebagai siswa mampu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan belajarnya. Hal tersebut terlihat dari kasus-kasus sekolah seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran antar siswa, remaja yang tidak bisa bekerja sama atau berinteraksi dengan teman, dan sebagainya. Dengan itu, penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja.

Adaptasi yang dilakukan remaja pada lingkungan baru merupakan upaya untuk mempertemukan tuntutan diri dengan lingkungan disekitarnya. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi penyesuaian individu adalah konsep diri. Konsep diri dapat menentukan mudah atau tidaknya individu melakukan penyesuaian dan menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan social. Konsep diri juga berkembang dari interaksi timbal balik antara seseorang dan lingkungannya. Sehingga hal tersebut merupakan hasil artribusi  diri, serta artribusi diri oleh orang lain.

Ketidakmampuan remaja dalam menyelaraskan tuntutan-tuntutan yang muncul dalam dirinya dan lingkungan tentunya dapat menimbulkan konflik atau masalah yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri remaja, salah satunya yaitu tawuran. Konsep diri merupakan konstruk psikologis yang mengetuk aspek structural diri yang berkaitan dengan harga diri. Dengan itu, dari kasus tawuran biasanya kelompok tersebut akan dianggap sebagai dasar martabat dan harga diri mereka diakui oleh orang lain, mempunyai posisi dan juga dapat memainkan peran yang menonjol.

Tawuran biasanya dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu dan alasan tawuran tersebut adalah untuk menunjukkan eksistensi diri di depan siswa yang lain. Siswa melakukan tawuran juga dikarenakan tawuran adalah tradisi para senior sebelumnya. Hanya karena berbeda seragam dan tujuan para pelajar teserbut mengganggap orang yang berada di luar kelompoknya pasti akan hancur.

Tawuran dilakukan oleh sekelompok pelajar kepada sekelompok pelajar lainnya yang berbeda sekolah. Biasanya siswa yang tidak berada dalam kelompok tersebut cenderung pendiam, tidak mencari masalah, dan akan menghindari perilaku kekerasan. Sedangkan pada siswa berkelompok, mereka akan seolah-olah berani dan tidak takut pada apapun dan siapapun. Ada beberapa siswa yang memilih sekolah tertentu karena sekolah tersebut terkenal tawuran, Siswa seperti ini biasanya sudah terlibat tawuran sejak SMP. Sebenarnya siswa tidak mau tawuran tapi sering diajak terlebih dahulu oleh sekolah lain dan jika tidak maka mungkin tawuran akan menjadi korban.

Biasanya tawuran dilakukan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan Polisi, karena pada kenyataannya anak-anak tersebut takut ditangkap oleh polisi, karena kasus ini akan sangat riskan diketahui oleh polisi. Tidak ada tempat yang pasti untuk tawuran, di mana pun bertemu dengan musuh siswa tersebut harus siap tawuran. Sementara umumnya tawuran hanya terjadi di beberapa tempat.

Sedangkan waktu tawuran pelajar biasanya adalah waktu berangkat dan pulang sekolah, malam hari, saat bertemu musuh, malam sabtu dan malam minggu (bagi pelaku tawuran juga remaja/pelajar), hari jadi sekolah, dan saat nyekar (untuk mengenang teman sekolah yang meninggal karena tawuran pelajar). Jika siswa antar sekolah bertemu dan mereka menganggap bermusuhan dan jika antar pertemuan transportasi yang ada siswa yang berbeda ke sekolah, maka akan terjadi tawuran. Tawuran merupakan hal negatif yang dibenci oleh masyarakat, karena tawuran dapat merugikan masyarakat sekitar seperti kerusakan dan korban salah tempat.

Tidak semua siswa yang melakukan tawuran mengalami penurunan prestasi akademik, semua kembali kepada dirinya masing-masing, bisa atau tidak bisa membagi waktunya antara tawuran dengan belajarnya. Tawuran pelajar tentunya menimbulkan korban luka ringan maupun luka berat bahkan dapat menyebabkan kematian. Siswa tawuran memiliki emosi yang labil dan cenderung tidak peduli dengan orang lain yang tidak dikenalnya.

Tawuran membuat siswa tidak konsisten dan bingung antara menuruti perkataan dan perilaku seniornya atau peraturan yang berlaku di sekolah. Sehingga tidak jarang, siswa yang berani melawan gurunya. Kondisi remaja yang sedang dalam proses pencarian jati diri tidak lantas membenarkan remaja tersebut melakukan tindakan negatif seperti tawuran pelajar. Pelajar sudah memiliki jati diri dan prinsip hidup sehingga sebenarnya mereka tidak pantas melakukan tawuran pelajar. Identitas tergantung pada masing-masing orang. Karena masa depan ditentukan oleh orang itu sendiri dan bukan orang lain.

Sebenarnya penyebab tawuran pelajar belakangan ini adalah terjadinya tawuran di media social. Yang membuat kelompok-kelompok remaja terlibat saling ejek di media social sehingga berujung dengan melakukan aksi tawuran secara langsung. Dan selain sudah menjadi tradisi sekolah yang turun temurun, penyabab lainnya adalah adanya kekompakan antar teman, mudah terpengaruh ajakan teman, kurangnya perhatian orang tua, ekonomi keluarga menengah ke bawah, ancaman dari seorang teman, dipengaruhi oleh seniornya, diakui keberadaannya, dan merasa sebagai laki-laki dengan anggapan laki-laki itu boleh berkelahi, laki-laki itu harus maco, berusaha agar dikatakan hebat,dll. Kondisi psikologi pelaku tawuran pelajar adalah dalam proses pencarian jati diri, berusaha agar di katakan hebat oleh orang disekitarnya, sedang mencari tujuan hidupnya, masih sedikit susah untuk mengambil nasihat, membenarkan perilaku negatif, dan dalam masa pubertas (perkembangan fisik dan psikologis).

Sehinggap pada masa ini diperlukan dukungan intensif dari orang-orang terdekat seperti, orang tua, saudara, dan guru. Pada saat ini juga para pelajar sebagai remaja membutuhkan contoh yang baik dari orang-orang disekitarnya. Dengan adanya kasus tawuran antar pelajar ini memberikan dampak negative kepada siswa seperti, prestasi belajar menurun, bersinggungan dengan narkoba (merokok, ganja, dan minum), pulang terlambat, luka ringan dan berat, meninggal, masuk geng, membuat jalanan macet, mengganggu publik, ditangkap warga dan polisi, dipenjara, dikeluarkan dari sekolah, perubahan sikap menjadi anti sosial, seks bebas, dan menikah usia dini. Dampak yang mempengaruhi perilaku tawuran seperti ini dalam psikologis sering disebut dengan istilah de-individuasi.

Deindividuasi merupakan keadaan seseorang kehilangan kesadaran diri dan evaluatif terhadap dirinya dalam situasi di tengah kelompoknya yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan perhatian dari individu. Deindividuasi terjadi saat seseorang melakukan sebuah tindakan antisosial yang tidak diinginkan karena kepentingan individu dalam kelompok. Seseorang yang mengalami deindividuasi biasanya memiliki kesamaan dengan anggota kelompok lainnya, yaitu bahwa perbuatannya tersebut tidak dianggap sebagai perbuatan perorangan, melainkan perbuatan kelompok dan tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya tersebut.

Penyebab deindividuasi pada tawuran pelajar adalah perasaan pada seorang anak dengan sosok kepahlawanan, banyaknya kelompok, dan ejakan yang dapat berupa kata-kata kasar yang diucapkan siswa lain. Salah satu penyebab terjadinya tawuran antar pelajar ini juga karena ejekan dan kata-kata kasar yang dilontarkan. Hal tersebut mengakibatkan hilangnya control diri yang dimiliki seseorang, evaluasi diri dan kesadaran siswa tersebut yang terkena ejekan. Maka dari itu mengapa dikalangan pelajar sering terjadi tawuran, orang yang peka terhadap kritik atau tidak tahan kritik akan mudah marah, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan menganggap orang lain sebagai musuh merupakan ciri orang yang memiliki konsep diri negative.

Selain itu, kecenderungan seseorang untuk berperilaku berdasarkan konsep diri disebut sebagai perilaku yang mungkin terjadi. Jika kita menganggap diri kita nakal, maka kita akan mudah melakukan kekerasan atau perilaku menyimpang, contohnya seperti tawuran. Semakin positif konsep diri seseorang, maka perilakunya pun akan semakin positif. Dan sebaliknya, semakin negative konsep diri seseorang, maka perilakunyapun akan semakin negative. Sejalan dengan itu, semakin tinggi konsep diri seorang remaja, maka remaja tersebut tidak akan melakukan kenakalan remaja, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, semakin banyak konsep diri yang dimiliki seseorang, semakin rendah kecenderungan untuk menjadi deindividuasi.

Adanya hubungan negatif antara konsep diri dengan deindividuasi menunjukkan bahwa konsep diri yang negatif akan menimbulkan perilaku yang negatif pula. Siswa dengan konsep diri negatif akan mudah terjerumus pada perbuatan negatif, dalam hal ini tawuran. Siswa yang mengikuti aksi tawuran tersebut, memiliki konsep diri yang cukup negatif, hal ini tercermin dari perilaku di sekolah, seperti kurang disiplin terhadap tata tertib sekolah, suka membolos, berpenampilan tidak rapi, kurang menjalankan perintah agama, dan belum menjalankan tugas sebagai siswa dengan baik.

Dengan demikian, kecenderungan kita untuk berperilaku menurut konsep diri disebut sebagai perilaku yang mungkin terjadi. Konsep diri merupakan suatu hal yang akan terjadi pada kesadaran seseorang, orang akan menyadari apa yang dilakukan padanya, individu juga akan mengevaluasi tentang apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, individu menjaga konsistensi dan keselarasan antara diri dan pengalamannya, sehingga cara orang berperilaku adalah hal-hal yang sesuai dengan konsep dirinya. Dengan demikian, Konsep diri yang positif akan menjaga siswa pelaku tawuran agar tidak kehilangan kesadaran dan juga peraturan itu sendiri. Kesadaran diri dan juga tata tertib harus dijaga agar siswa dapat tetap berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku.

Menurut penulis, upaya pencegahan kasus tawuran pada saat ini masih lemah. Sehinga dari lingkungan pun harus mendukung agar para pelajar tersebut jera dengan perbuatannya tersebut. Dari alumni sekolah tersebut harus menasihati adik kelas agar tidak melakukan tawuran lagi, mengajak adik kelas untuk mengikuti kegiatan yang bersifat positif, menggagas perdamaian antar keompok pelajar yang melakukan tawuran , dan menginformasikan tentang bahaya yang ditimbulkan dari tawuran pelajar. Dari teman sebaya dengan menasehati teman yang melakukan tawuran, tidak membawa teman ke arah perbuatan negatif, dan harus menjadi teladan yang baik bagi teman sebayanya.

Kemudian dari orang tua Orang tua, pencegahan dan penanggulangan tawuran adalah orang tua harus menanamkan nilai-nilai agama kepada anaknya sejak anak masih kecil, orang tua harus dapat berkomunikasi dengan baik dengan anaknya, orang tua harus memenuhi kebutuhan ekonomi terhadap anaknya, orang tua perlu mengetahui karakter anaknya, dan orang tua harus selalu berkoordinasi dengan wali kelas anaknya.

Selanjutnya pencegahan dan penanggulangan dari guru adalah guru harus sabar dalam menghadapi siswa yang terlibat tawuran, guru tidak bosan untuk selalu menasihati siswa yang terlibat tawuran tawuran, guru harus dapat memberikan contoh yang baik kepada siswanya, guru harus dapat menjadi teman yang baik bagi siswa yang terlibat tawuran, sekolah selalu menjaga hubungan baik dengan orang tua, mengaktifkan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

Selanjutnya dari kepolisian Polisi juga harus mempelajari jam rawan tawuran pelajar, polisi juga harus mendata tempat-tempat yang rawan tawuran pelajar, polisi harus selalu menyiagakan personelnya untuk mengantisipasi tawuran siswa, memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah yang rawan tawuran siswa, serta bekerja sama dengan pihak sekolah dan orang tua. Dan terakhir dari masyarakat adalah membubarkan pelajar melakukan tawuran pelajar, segera melapor ke pihak yang berwajib, tidak menggunakan emosi saat menangani tawuran pelajar, dan tidak boleh menggunakan cara-cara anarkis dalam mengatasi tawuran pelajar di lingkungannya.

Editor media warnasulsel.com - Portal media kiwari yang menyajikan berita lebih hangat berfokus berita pendidikan, sastra, buku dan literasi di sulawesi selatan

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *