Connect with us

Kolom

Tradisi Maccera’ Bola di Kecamatan Soreang Kota Parepare

Published

on

Tradisi maccera’ bola
Spread the love

Oleh: Maulidya Azifa

Budaya adalah keseluruhan bentuk cara atau pola hidup yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.

Karena tiap kelompok masyarakat memiliki pemikiran dan kebiasaan yang berbeda dalam menciptakan budayanya masing-masing. Suatu kelompok masyarakat akan menjaga kebudayaan yang dimilikinya dengan baik, agar budaya tersebut dapat dipelajari oleh generasi penerus dari kelompok masyarakat tersebut.

Budaya memiliki wujud yang sangat beragam, mulai dari pemikiran, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, aktivitas, tradisi, karya seni, sistem sosial, sistem ekonomi, dan lain sebagainya. Walaupun budaya tiap kelompok masyarakat sangat beragam, bisa saja suatu budaya yang dimiliki dengan budaya kelompok masyarakat lainnya hampir sama, namun terkadang terdapat perbedaan seperti nama, arti, ataupun nilai dari budaya tersebut.

Tradisi merupakan salah satu wujud dari kebudayaan. Tradisi adalah suatu kepercayaan, kegiatan ataupun kebiasaan yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat. Ciri-ciri dari tradisi ialah dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Tradisi merupakan salah satu bentuk budaya yang dapat dilestarikan dengan cara didokumentasikan dan disebar luaskan.

Agar tradisi tersebut dapat dipelajari dan dilakukan oleh generasi selanjutnya. Tradisi menjadi simbol identitas bagi suatu kelompok masyarakat. Maka dari itu tradisi yang dimiliki harus dijaga dengan baik.

Sulawesi selatan merupakan salah satu provinsi di Sulawesi Selatan yang memiliki tradisi yang beragam dan unik. Mulai dari tradisi keagamaan, tradisi ritual budaya, tradisi upacara kematian, hingga tradisi dalam acara pernikahan dan aqiqah pun ada di Sulawesi Selatan.

Tradisi-tradisi yang dimiliki Sulawesi Selatan memiliki nilai-nilai tersendiri tentang berbagai aspek dalam kehidupan, maka dari itu tradisi yang ada senantiasa dipercaya oleh masyarakat setempat demi kelangsungan hidup yang baik kedepannya.

Tradisi maccera’ bola merupakan salah satu tradisi yang ada di Sulawesi Selatan. Tradisi maccera’ bola ini dilestarikan oleh suku Bugis yang merupakan suku yang mendominasi populasi penduduk di Sulawesi Selatan, termasuk di kota Parepare.

Tradisi maccera’ bola merupakam tradisi memberikan darah pada sesuatu yang sakral.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber yang merupakan masyarakat kecamatan Soreang, tradisi maccera’ bola merupakan suatu wujud permohonan yang disebut dengan sennu-sennungen. Menurut masyarakat kecamatan Soreang tradisi maccera’ bola ini dilakukan untuk keselamatan pemilik rumah agar dihindarkan dari nasib buruk dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.

Menurut masyarakat kecamatan Soreang, tradisi maccera’ bola merupakan tradisi yang diwariskan dari para leluhur, yang awalnya tradisi maccera bola’ dilakukan dengan cara menyembelih hewan seperti ayam, kambing ataupun sapi. Lalu darah hewan yang disembeluh tersebyt dialirkan kemudian darah hewan yang dioleskan pada tiang-tiang rumah yang akan dicera’. Namun, tradisi maccera’ bola menurut masyarakat kecamatan Soreang sudah berkembang, karena darah hewan yang disembelih dalam tradisi maccera’ bola yang dilakukan oleh masyarakat kecamatan Soreang tidak lagi dioleskan pada tiang-tiang rumah.

Dalam melaksanakan tradisi maccera’ bola, masyarakat kecamatan Soreang akan mengundang guru atau orang yang dipercaya untuk memimpin tradisi maccera’ bora, keluarga, kerabat untuk turut hadir dan membantu dalam pelaksanaan tradisi maccera’ bola. Hal pertama yang dilakukan dalam tradisi maccera bola’ menurut masyarakat Soreang adalah menyembelih hewan seperti ayam, kambing ataupun sapi. Kemudian hewan yang telah disembeli tersebut akan diolah untuk disajikan dalam rangkaikan tradisi maccera’ bola yang akan dilakukan.

Rangkaian selanjutnya dalam tradisi maccera’ bola yang dilakukan oleh masyarakat di kecamatan Soreang yaitu mabbarazanji bola, yaitu menyajikan beragam makanan dalam beberapa baki’ atau wadah. Mabbaca barazanji dilakukan oleh guru yang memimpin tradisi maccera’ bola. Dalam tiap baki’ yang disajikan diperuntukkan untuk tujuan yang berbeda.

Khusus untuk baki’ yang akan dibacakan untuk doa salama’ selain berisi makanan yang sebelumnya disajikan untuk barazanji, disajikan pula sepiring nasi yang tengahnya diletakkan telur ayam kampung yang sudah direbus. Selain itu disajikan pula pisang raja 1 sisir dan pisang kepok 1 sisir.

Rangkaian selanjutnya dalam tradisi maccera’ bola adalah mabbaca beppa pitu nrupa, yang berarti kue tujuh macam.

Beppa pitu nrupa terdiri dari beppa lapisi, jompo’-jompo’, onde-onde, beppa oto’, sawella, bandang-bandang, dan barongko. Menurut masyarakat kecamatan Soreang, beppa pitu nrupa disajikan agar segala urusan pemilik rumah senantiasa mattuju atau tepat.

Setelah mabbaca beppa pitu nrupa, akan dilakukan mabbaca wariala. Menurut masyarakat kecamatan Soreang, mabbaca wariala ini dilakukan untuk menghormati dan mengirimkan doa untuk leluhur.

Makanan yang disajikan untuk mabbaca wariala juga disajikan dalam sebuah baki’. Dan makanan yang disediakan sama dengan makanan yang disajikan untuk mabbarazanji bola.

Adapun baki’ yang berisi makanan yang disajukan khusus untuk posi’ bola atau pusat rumah, berisi makanan-makanan yang sama pada baki’ yang disajikan untuk doang salama’. Namun, pada tradisi maccera’ bola yang dilakukan masyarakat kecamatan Soreang, terdapat beberapa perbedaan seperti pada nasi yang disajikan yang disebut dengan nanre oring-koring, oring berarti panci kecil.

Nasi yang disajikan ini dimasak dalam panci kecil kemudian disajikan bersama panci kecil tersebut, lalu diletakkan telur ayam kampung rebus pada bagian tengah nasi tersebut.

Selain itu, disajikan pula loka mattunrungeng, yang artinya pisang yang bersusun-susun karena pisang tersebut disajikan bersama dengan tangkainya.

Loka mattunrungeng disajikan agar dalle atau rezeki yang diperoleh pemilik rumah berlimpah ibarat loka mattunrungeng. Selain loka mattunrungeng, disajukan oula kaluku tuo, yang artinya kelapa hidup yang berarti kelapa yang tunasnya sudah tumbuh.

Setelah mabbaca posi’ bola, guru akan mengumandangkan azan dibeberapa titik-rumah, seperti pada posi’ bola dan eppa sulapa atau 4 titik sudut rumah. Mengumandangkan adzan dilakukan agar pemilik rumah dijauhkan dari hal-hal yang buruk dalam hidupnya, dan juga agar “penghuni rumah yang tidak baik” pergi meninggalkan rumah tersebut. Setelah rangkaian tradisi maccera’ bola selesai makanan-makanan yang telah disajikan sebelumnya boleh dimakan oleh guru, pemilik rumah, serta keluarga dan kerabat dari pemilik rumah yang diundang.

Tradisi Maccera' Bola di Kecamatan Soreang Kota Parepare

Wawancara dengan ibu suryani (41) salah satu masyarakat di kecamatan soreang kota parepare saat diminta keterangannya terkait tradis meccera’ bola

Tradisi maccera’ bola merupakan tradisi suku Bugis yang harus dilestarikan. Karena terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam setiap rangkaian dalam tradisi maccera’ bola.

Tradisi maccera’ bola dianggap dapat mendatangkan kebaikan dan menjauhkan keburukan dari pemilik rumah. Tradisi maccera bola’ sepatutnya untuk terus dilestarikan agar tradisi tersebut tidak punah.

*Maulidya Azifa, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN PAREPARE

Editor media warnasulsel.com - Portal media kiwari yang menyajikan berita lebih hangat berfokus berita pendidikan, sastra, buku dan literasi di sulawesi selatan

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *