Connect with us

Kampus

Tradisi Ma’Baca-baca Masyarakat Bugis Pinrang

Published

on

Tradisi Ma'Baca-baca
Spread the love

Oleh: Nurkhafifah Naharani 

Ma’ Baca-baca adalah salah satu tradisi Bugis-Makassar membacakan doa dihadapan hidangan makanan yang masih dilestarikan sampai saat ini. Salah satunya di Kabupaten Pinrang.

Ma’baca-baca pada umumnya dilakukan dalam rangka membaca doa keselamatan untuk keluarga dan mengirimkan doa-doa untuk keluarga yang telah meninggal dunia, biasanya sebelum kegiatan tersebut dilakukan hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan hidangan makanan dengan berbagai lauk pauk dan juga buah.

Proses Ma’baca-baca ini akan dipercayakan pada Imam Desa atau yang dianggap ahli agama di hadapan makanan-makanan yang telah disiapkan, setelah proses pembacaan doa selesai barulah proses santap bersama dilakukan beramai-ramai bersama kerabat dan tetangga.

Rasni Tabrima (55) yang merupakan salah satu warga Pinrang, Kecamatan Penrang, Kabupaten Pinrang yang hingga sekarang masih menjalankan tradisi ini mengatakan bahwa proses ma’baca-baca ini sudah menjadi tradisi yang diwariskan oleh keluarganya secara turun temurun sejak dahulu.

“Ma’baca-baca memang sudah menjadi tradisi di keluarga saya dari dulu dalam rangkaian ritual adat yang dianggap sakral dalam keluarga saya, contohnya pada saat sebelum dan sesudah menyambut bulan suci Ramadhan, Mappenre’ bola, Aqiqah bahkan sunatan, hal tersebut kami lakukan untuk membacakan doa selamat, sholawat dan mengirimkan doa untuk keluarga yang telah meninggal dunia” ucapnya.

Rasni juga menjelaskan beberapa hidangan yang disiapkan dalam proses ma’baca-baca itu beragam mulai dari lauk pauk hingga buah-buahan bahkan cemilan.

“Hidangan yang sering disiapkan adalah menu ayam, ikan dan telur juga tersedia songkolo (beras ketan yang dimasak dengan santan) yang dihiasi telur rebus diatasnya, biasanya telur tersebut akan menjadi rebutan anak-anak setelah proses ma’baca selesai di bacakan, begitu juga dengan buah-buahan yang biasanya diambil dari hasil kebun sendiri, ada juga susu dan beberapa cemilan yang tentunya selalu jadi rebutan oleh anak-anak” jelas Rasni Tabrima.

Rasni Tabrima (55) salah satu warga Pinrang, Kecamatan Penrang, Kabupaten Pinrang yang hingga sekarang masih menjalankan tradisi Ma'baca-baca

Rasni Tabrima (55) salah satu warga Pinrang, Kecamatan Penrang, Kabupaten Pinrang yang hingga sekarang masih menjalankan tradisi Ma’baca-baca.

Lebih lanjut, ia menuturkan makanan yang dihidangkan dalam prosesi ini tidak diperbolehkan dimakan sebelum proses Ma’baca-baca selesai.

“Untuk makanan yang tersedia tidak diperbolehkan untuk dimakan sebelum dibaca dan wajib untuk semua keluarga atau tetangga yang datang untuk bersantap bersama ketika telah di baca,” tutup Rasni Tabrima

Nurkhafifah Naharani, mahasiswi IAIN Pare-Pare.

Editor media warnasulsel.com - Portal media kiwari yang menyajikan berita lebih hangat berfokus berita pendidikan, sastra, buku dan literasi di sulawesi selatan

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *